11. Mount Lamington

Hingga suatu malam pada 18 Januari, lahar dan asap mulai untuk keluar dari puncaknya, dan tiga hari kemudian, sebuah ledakan sangat besar dari sisi utara, menyebabkan langit ditutupi debu tebal dan gerimis magma bercampur uap sulfur. Dalam beberapa bulan kemudian getaran dan letusan terus berlanjut hingga radius 10 mil. Ledakannya menyebabkan total hampi 3,000 kematian.
10. Papandayan
Papandayan adalah sebuah gunung api semi-aktif yang terletak di pulau Jawa, Indonesia. Pada 1772, gunung api ini meletus menghancurkan 40 desa di dekatnya. Lebih dari 3,000 orang terbunuh. Gunung api ini diperkirakan masih sangat berbahaya dan terus mengeluarkan asap dan letusan-letusan di tahun 1923, 1942, dan terus meningkatkan kekuatannya di tahun 2002.
9. Kelud

Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi hingga kini setelah letusan pada tahun 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa akibat banjir lahar dingin menyapu pemukiman penduduk.
8. Unzen

7. Ruiz
Nevado Del Ruiz, Kolumbia, dikenal karena laharnya yaitu mudflow atau longsoran yang terdiri atas air dan material pyroclastic yang mengalir dan mematikan . Di tahun 1595, 635 orang terbunuh setelah lumpur yang yang mendidih seperti dituangkan ke dalam sungai Guali dan Lagunillas, dan di tahun 1845 lebih dari 1,000 orang tewas.
Kota Armero yang dibangun di atas magma yang mengering telah kehilangan hampir seluruh populasi penduduknya ketika di tahun1985, sebuah letusan telah mengalirkan lahar dengan kecepatan 40 mil per jam dan mengubur kota. Lebih dari 23,000 orang tewas.
6. Mount Pelee

Dimulai dengan letusan kecil beruntun yang hanya mengeluarkan asap, belerang dan debu dan pada April 1902, gunung api ini tidak sepenuhnya meletus sampai tanggal 8 Mei 1902. Air mancur lahar yang menyala, dan awan beracun meluncur deras dengan kecepatan 600 mil per jam dari gunung api tersebut.
Dengan temperatur 1075 derajat, lahar telah mendidihkan kota St.Pierre bawahnya. Kota terbakar berhari-hari kemudian. Hanya dua orang yang selamat pada waktu itu.
5. Krakatau
Krakatoa, juga dikenal sebagai Krakatau, adalah pulau vulkanis yang still-dangerous, terletak di Selat Sunda, Indonesia. Agustus 1883, sebuah rangkaian ledakan dahsyat yang mengerikan dengan kekuatan 13,000 kali lebih besar dari bom Hiroshima. Ledakannya terdengar hingga ke Perth, Australia.
Muntahan lebih dari 21 kilometer kubik batu dan debu membumbung hingga setinggi 70 mil. Secara resmi, lebih dari 37,000 orang tewas. Namun dengan tsunami yang ditimbulkannya, korban sepertinya bisa lebih besar lagi.
4. Tambora

Batu merah berpijar menghujani angkasa ketika sepenuhnya gunung tersebut meletus. Semua tumbuh-tumbuhan pada pulau dimana gunung tersebut berada dibinasakan oleh lahar dan awan beracun. Secara keseluruhan, lebih 71,000 orang tewas karena terbakar, kelaparan ataupun keracunan.
3. Mount Vesuvius
Gunung api ini menjadi nomor dua untuk kekejamannya, menyebabkan kematian hingga 25,000 nyawa. Ketika Vesuvius dengan letusan yang maha dahsyat di tahun 79 SM, sepenuhnya telah menguburkan kota Pompeii di bawahnya dengan memuntahkan ‘isi perutnya’ selama 20 jam nonstop. Sejak itu, gunung api ini meletus lusinan kali dan terakhir pada tahun 1944 beberapa desa didekatnya telah dibinasakan..
2. Laki

Kelaparan menjadi penyebab matinya 25% populasi tersebut. Air mancur lahar memancar hingga 1.400 meter tingginya. Seluruh dunia merasakan akibat dari letusan tersebut. Awan beracun menyebar hingga ke Eropa, menutupi langit belahan bumi bagian utara yang menyebabkan musim dingin datang lebih awal di Inggris dan membunuh 8.000 orang.
Di Amerika Utara, musim dingin 1784 menjadi musim dingin terpanjang dan paling dingin yang pernah tercatat. Ada catatan lebih banyak salju di New Jersey, sungai Mississippi membeku di New Orleans, dan di ditemukan es di Teluk Mexico!.
1. Toba
Kajian palaeogeografi ahli asal AS mengetengahkan temuan terkini tentang letusan dahsyat gunung Toba di Sumatera yang menyajikan bukti tak terbantahkan betapa letusan “mega-colossal” gunung berapi zaman purbakala yang terjadi 73.000 tahun silam menimbulkan dampak dahsyat luar biasa hingga memusnahkan keberadaan kawasan hutan di anak benua India yang letaknya terpisah sejauh 3.000 mil dari pusat letusan yang kini menjadi danau Toba.
Bukti-bukti riset mencakup debu sampel penelitian yang ditemukan di lokasi daratan India, Samudera Hindia, Teluk Benggali, dan laut China Selatan dari kejadian letusan yang diperkirakan melontarkan material dan debu vulkanis hingga sejumlah 800 km³ ke atmosfir bumi dan membuat gunung berapi zaman purbakala tersebut lenyap tinggal meninggalkan kawah di muka bumi yang kini menjadi danau Toba dengan dimensi panjang 100km dan lebar 35km menjadi bukti peninggalan danau vulkanis terbesar sejagat.


Jika ditelaah dari data skala VEI : (Volcanic Explosivity Index) yang dipergunakan USGS (Geological Survey Amerika Serikat), letusan luar biasa gunung Toba zaman purbakala ini diklasifikasikan kategori VEI : 8 hingga disebut “mega-colossal” yang antara lain dicirikan dari besaran volume lontaran material vulkanis letusan -/+ 1.000 km³.
Sebagai perbandingan letusan g. Tambora (th. 1815) di kepulauan Nusa Tenggara termasuk dalam skala VEI : 7 , sedangkan peristiwa dahsyat letusan g. Krakatau (th.1883) hingga tinggal menyisakan pulau Anak Krakatau sekarang ini termasuk dalam VEI : 6.
Pada gilirannya letusan “mega-colossal” gunung berapi Toba berdampak pula terhadap proses evolusi manusia di muka bumi, walau ini masih menjadi kontroversi diantara kalangan ilmuwan.
Prof. Ambrose sendiri berpegang kajian risetnya yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah “Journal of Human Evolution” pada tahun 1998 termasuk ahli yang meyakini bahwa letusan mega volcanoToba dan kemunculan Zaman Es sesudahnya menjadikan keadaan relatif kurangnya keragaman genetika yang ada pada manusia modern sekarang ini.
Bahkan dinyatakannya peristiwa luar biasa ini nyaris mengakibatkan manusia punah dari muka bumi.
Sumber :
dreamindonesia.wordpress.com / www.iptek.net.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar